Senin, 20 April 2015

" Manajemen Kelas yang Ideal "

I.       Pendahuluan
A.    Pentingnya Manajemen Kelas
Kelas merupakan tempat belajar bagi siswa dan tempat mereka bertumbuh dan dan berkembang baik secara fisik, intelektual, maupun emosional. Oleh karena itu, kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan tempat belajar yang menyenangkan, di mana komponen-komponen pengajaran yakni murid dan guru terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang akan menciptakan suatu proses interaksi yang edukatif. 
B.     Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah usaha sadar untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, serta melaksanakan pengawasan atau supervisi terhadap program dan kegiatan yang ada di kelas sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara sistematis, efektif, dan efisien, sehingga segala potensi peserta didik mampu dioptimalkan.
C.    Tujuan, Prinsip dan Pendekatan Manajemen Kelas
Keberhasilan sebuah kegiatan dapat dilihat dari hasil yang dicapainya. Dalam proses manajemen kelaskeberhasilannya dapat dilihat dari tujuan apa yang ingin dicapainya, oleh karena itu guru harus menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai dengan kegiatan manajemen kelas yang dilakukannya. Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Ketercapaian tujuan manajemen kelas dapat dideteksi atau dilihat dari :
1.      Anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan yang sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa. Artinya, bahwa perilaku yang diperlihatkan peserta didik seberapa tinggi, seberapa baik dan seberapa besar terhadap pola perilaku yang diperlihatkan guru kepadanya di dalam kelas.
2.      Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya. Perilaku yang diperlihatkan guru berupa kinerja dan pola perilaku orang dewasa dalam nilai dan norma balikannya akan berupa peniruan dan percontohan oleh peserta didik baik atau buruknya amat bergantung kepada bagaimana perilaku itu diperankan.
Prinsip-prinsip manajemen kelas yang dikembangkan oleh Djamarah (2006), terdiri dari:
1.      Hangat dan Antusias. Guru yang hangat dan akrab pada peserta didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.      Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga mengurangi potensi munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.      Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan peserta didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian peserta didik.
4.      Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.      Penekanan Hal yang Positif. Guru harus mampu menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif.
6.      Penanaman Kedisiplinan. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah peserta didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tangggung jawab.
Terdapat berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Berikut ini disajikan beberapa pendekatan dalam manajemen kelas, antara lain :
1.      Pendekatan Kekuasaan adalah suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik di dalam kelas.
2.      Pendekatan Ancaman merupakan salah satu pendekatan untuk mengontrol perilaku peserta didik di dalam kelas.
3.      Pendekatan Kebebasan adalah suatu proses untuk membantu peserta didik agar merasa memiliki kebebasan untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan apa yang ia pahami dan ia inginkan.
4.      Pendekatan Resep dilaksanakan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah/ situasi yang terjadi di dalam kelas.
5.      Pendekatan Pengajaran didasarkan atas suatu anggapan bahwa pengajaran yang baik akan mampu mencegah munculnya masalah yang disebabkan oleh peserta didik di dalam kelas.
6.      Pendekatan Perubahan Tingkah Laku diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik di dalam kelas.
7.      Pendekatan Sosio Emosional. Pendekatan ini akan tercapai secara optimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
8.      Pendekatan kerja Kelompok. Pendekatan ini memandang peran guru sebagai pencipta terbentuknya kelompok belajar yang ada di kelas.
9.      Pendekatan Elektis atau Pluralistik yaitu pengelolaan kelas dengan memanfaatkan berbagai macam pendekatan dalam rangka menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang efektif dan efisien.
10.  Pendekatan Teknologi dan Informasi. Pendekatan ini berasumsi bahwa pembelajaran tidak cukup hanya dengan kegiatan ceramah dan transfer pengetahuan semata, bahwa pembelajaran yang modern perlu memanfaatkan penggunaan teknologi dan informasi di dalam
II.    Kelas yang Kondusif bagi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
A.    Pengertian Kelas dan KBM
Menurut Ade Pidarta kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang dilengkapi tugas-tugas diarahkan oleh guru. Sedangkan KBM adalah bentuk penyelenggaraan  pendidikan, memadukan secara sistematis dan berkesinambungan kegiatan pendidikan didalam dan diluar lingkungan sekolah, dalam menyediakan ragam pengalaman belajar.
B.     Latar Belakang Siswa dan Pengaruhnya terhadap Kondisi Kelas
Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam : pandai, sedang dan kurang. Karenanya, guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan , berpasangan, berkelompok atau klasikal. Dengan adanya latar belakang siswa yang seperti itu, maka akan mempengaruhi kondisi kelas. Misalnya ada seorang siswa yang lambat dalam menerima materi yang dijelaskan oleh guru, dengan begitu guru harus ekstra keras dalam mengulang materi yang sudah dijelaskan. Dengan adanya siswa yang seperti itu maka akan mempengaruhi kondisi kelas dan kelas tidak menjadi kondusif.
C.    Hubungan Harmonis Guru – Siswa dalam KBM
Hubungan guru dengan siswa/anak didik di dalam proses belajar-mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang dipergunakan, namun jika hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu keluaran yang tidak diinginkan.
Dalam hubungan ini,salah satu cara adalah adanya contact hours di dalam hubungan guru-siswa. Contact-hours atau jam-jam bertemu antara guru-siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan  di luar jam-jam presentasi di muka kelas seperti biasanya.
D.    Iklim Kelas Kondusif bagi KBM
Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan. Hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan di antara peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat , sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.
Lingkungan kondusif menurut E. Mulyasa (2004: 16) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut :
1.      Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
2.      Memberikan pembelajaran remidial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah.
3.      Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal.
4.      Menciptakan suasana kerjasama saling saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara guru dengan peserta didik.
5.      Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
6.      Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dengan guru.
7.      Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri (self assessment).  
BAB III : Strategi Guru dalam Penciptaan Manajemen Kelas Efektif
Strategi guru dalam menciptakan kelas yang kondusif dan efektif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik, maka seorang guru perlu memperhatikan tindakan yang bersifat prevetif dan bersifat korektif, antara lain :
·         Pencegahan (Prefentif) merupakan tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang, yang dapat menggangu kondisi berlangsungnya proses pembelajaran yang optimal dan efektif. Beberapa tindakan pencegahan menyangkut :
a.       Pengingkatan kesadaran diri sebagai pendidik
b.      Peningkatan kesadaran sebagai peserta didik
c.       Ketulusan guru
d.      Mengenal dan menemukan manajemen alternatif
e.       Menciptakan kontrak sosial
·         Korektif merupakan tindakan koreksi atas tingkah laku yang menyimpang dan dan merusak proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Tindakan terbagi menjadi dua, yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) serta tindakan penyembuhan (kuratif) terhadap tingkah laku yang sudah terjadi. Kegiatan yang bersifat kuratif antara lain :
a.       Mengidentifikasi masalah
b.      Menganalisis masalah
c.       Menilai alternatif pemecahan
d.      Mendapatkan umpan balik

DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran  (Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Priansa, Donni. 2014. Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada


Tidak ada komentar:

Posting Komentar